Thursday, October 22, 2009

ROKOK DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Rokok bagaikan pabrik kimia. Tar merupakan kumpulan dari ribuan macam bahan kimia, diantaranya CO, nitrogen oksida, sianida, hidrogen, amonia, asetilen, benzaldehida, benzena, metanol,dll, yang bisa mengganggu kesehatan.

Sebatang rokok mengandung 3-6% CO yang kalau masuk ke dalam peredaran darah akan mengurangi kemampuan hemoglobin darah untuk mengikat oksigen. Kadar CO perokok berat bisa mencapai 5% dan dapat mengganggu kesehatan.

Penyakit yang dapat dipicu oleh rokok antara lain penyakit kanker (paru-paru, tenggorokan, pita suara, lambung), penyakit jantung koroner, bronkitis, emfisema (melebarnya gelembung paru-paru), tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan stroke, katarak, sinusitis, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan kesuburan pria maupun wanita.

Ancaman rokok bagi kesuburan dan potensi seksual kaum pria agaknya cukup efektif karena terbukti meresahkan pria perokok.Kampanye yang diawali di Thailand sekitar 1995 itu dianggap berhasil menurunkan jumlah perokok walau tidak signifikan. Para pria yang merasa gundah akan berkurangnya kesuburan dan potensi seksual mereka akan berpikir dua kali untuk melanjutkan kebiasaannya merokok.

Seseorang yang merokok selama bertahun-tahun akan tercemar darahnya oleh nikotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa ke seluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi. Racun nikotin akan berpengaruh terhadap spermatogenesis atau terjadinya pembelahan sperma para pria. Padahal pembelahan itu sangat kompleks, yang kemudian bisa menjadi gen dari si pemilik sperma.

Agar dapat membuahi sel telur, sperma harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas yang meliputi bentuk, gerakan dan kecepatannya harus baik. Sperma yang kurang baik tidak akan mampu membuahi sel telur yang letaknya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kulitas dan kuantitas sperma. Pada saat perokok berat yang spermanya kurang baik berhenti merokok, kulitas sperma bisa meningkat sejauh yang bersangkutan tidak mempunyai gangguan organik lain. Selain berhenti merokok, yang bersangkutan juga harus mengubah pola hidupnya yang lain, seperti tidur yang cukup, makan teratur dan badan tidak boleh terlalu lelah.

Efek rokok tidak hanya mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma, tetapi juga menjadi faktor resiko disfungsi seksual. Gangguan seksual pada pria terdiri atas gangguan libido, ereksi, ejakulasi, dan gangguan orgasme. Gangguan disfungsi ereksi (DE) khususnya terjadi pada perokok. Semakin berat gangguan DE, makin sulit pula pemulihannya. Cara pengobatan yang kini lazim dipakai adalah, pertama-tama menghentikan kebiasaan merokok. Kemudian dicoba dengan arterialisasi atau semacam bedah by-pass dengan menambah pembuluh darah baru pada penis, diambilkan dari pembuluh darah pada bagian lain tubuh. Keberhasilan dari pengobatan ini tidak mencapai 100%.
Cara lain, dengan obat dengan obat dan suntikan yang dilakukan secara rutin. Ini pun mensyaratkan dihentikannya rokok terlebih dahulu, dan kalau terdapat gangguan sampingan harus terus dipantau. Misalnya tekanan darah, kadar gula darah dan kadar kolesterol terus dijaga agar tetap stabil.

Apabila pembelahan sel-sel mengalami gangguan karena nikotin masuk ke dalam darah, dengan sendirinya terhambat pula perkembangan janin. Akibatnya, bisa terjadi keguguran atau bayi lahir cacat seperti bibir sumbing, hidung pipih atau berat badan kurang.

Meski tidak merokok, nikotin dapat masuk ke dalam tubuh perokok pasif. Mereka ikut menghisap asap sampingannya sehingga tidak lepas dari dampak buruknya. Bila isteri sedang sedang hamil, sebaiknya suami tidak merokok saat berada didekatnya, karena akan meracuni janin. Setelah bayi lahir pun, ia harus dihindarkan dari asap rokok.

Gangguan kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh kebiasaan merokok pun berbeda dengan pria. Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat bermacam-macam bentuknya mulai dari gangguan haid, early menopause, sulit untuk hamil, kehamilan di luar kandungan, keguguran dan timbulnya kecacatan pada janin.

Nikotin dapat menyebabkan gangguan pematangan pada sel telur sehingga sulit terjadi kehamilan. Gangguan pada proses pelepasan sel telur meningkatkan resiko wanita perokok untuk mengalami kehamilan di luar kandungan sekitar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita buka perokok. Nikotin juga menjadi penyebab timbulnya gangguan haid pada wanita perokok karena mempengaruhi metabolisme hormon estrogen yang tugasnya mengatur proses haid. Gangguan metabolisme akan menyebabkan haid tidak teratur dan pada wanita perokok akan mengalami nyeri perut yang lebih berat ketika haid.

Merokok berhubungan dengan resiko tinggi untuk mengalami kelainan dalam kehamilan, antara lain ketuban yang pecah sebelum waktunya dan gangguan pada plasenta. Kebiasaan merokok pun dikaitkan dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi yang dilahirkan cenderung rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki resiko tinggi untuk sakit bahkan meninggal dunia.

salam
feel free to reach your dream

0 comments:

Post a Comment