Kuretase bukan melulu urusan menggugurkan kandungan.
Padahal, tindakan medik ini bermanfaat banyak bagi kesehatan.
Apa saja manfaatnya?
Membayangkan sebuah sendok dimasukkan ke dalam organ genital lalu mengeruk bagian dalamnya, pasti mengerikan, ya? Terbayangkan akan rasa sakit luar biasa dan perdarahan yang akan menyertainya. Kendati sudah disarankan dokter untuk melakukannya, rasa ngeri tetap tak bisa terelakkan.
Kebanyakan wanita memang punya bayangan mengerikan tentang proses kuretase. Mulai rasa sakit sampai khawatir terjadi efek samping. Padahal, menurut konsultan fertilitas dan endokrinolog RS Cipto Mangunkusumo, dr. Muharam, Sp.OG (K), kuretase justru penting dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan selanjutnya.
Tanpa kuretase, justru bisa memperbesar gangguan pada alat reproduksi wanita, serta dapat menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Tak hanya untuk kesehatan reproduksi, kuretase juga bisa dilakukan untuk mengetahui siklus haid yang normal hingga mendeteksi adanya keganasan sel di dalam rahim.
Beda Tujuan, Beda Cara
Memang, pada dasarnya kuretase adalah sebuah prosedur medis untuk mengeruk lapisan dalam rahim. Namun, kuretase tak hanya dilakukan dengan satu teknik saja. Menurut Muharam, kuretase memiliki beberapa teknik berbeda yang disesuaikan dengan tujuan pengerukan.
Kuretase secara umum, yang dipahami sebagai tindakan pengerukan organ dalam wanita, merupakan kuretase reguler. Yaitu dengan memasukkan sendok kuret dan memutarnya 360 derajat di dalam rahim. Tindakan ini ditujukan untuk membersihkan rahim dari jaringan fungsional atau lapisan sisa buah kehamilan yang mungkin tertinggal. Biasanya dilakukan untuk kasus abortus inkompletus (keguguran tidak sempurna).
Sayangnya masih tak banyak orang tahu apa itu abortus inkompletus. Juga masih banyak kesalahan persepsi tentang keguguran yang tidak dikonsultasikan kepada dokter kandungan.
"Bila mengalami keguguran, meski kehamilan masih berusia muda atau di bawah trimester dua, sebaiknya tetap dikonsultasikan kepada dokter kandungan dan dilakukan USG. Gugurnya buah kehamilan yang masih muda, bisa saja meninggalkan jaringan fungsional di dalam rahim," ungkap Muharam mengingatkan.
Namun, adakalanya di dalam rahim juga terjadi kelainan, misalnya terjadi keganasan dan kelainan seperti kehamilan mola atau adanya polip. Untuk kasus mola, yang seringkali menyebabkan dinding rahim rapuh, kuretase perlu dilakukan secara hati-hati.
Begitu juga dengan adanya polip dalam rahim yang menyebabkan sendok kuret melengket, juga perlu dilakukan secara hati-hati. Selain hati-hati, kuretase pun perlu dilakukan secara lebih terarah dan akurat. Pada kasus ini, kuretase dapat dilakukan dengan dipandu sebuah optik atau stretoskopi agar pengerukan yang dilakukan lebih akurat dan terarah.
Sedangkan pada kasus keganasan seperti hiperplasia atau kanker dalam rahim, kuretase dilakukan dengan menggunakan brush atau spatula. Tujuannya lebih untuk mengambil contoh jaringan yang diduga terjadi keganasan. Cara ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui adanya ketidaknormalan fase haid.
Tak Bisa Sembarangan
Kendati secara medis kuretase ditujukan untuk banyak kepentingan kesehatan, pada prakteknya kuretase juga dilakukan beberapa pihak secara tidak bertanggung jawab. Misalnya, praktek-praktek abortus provokatus ilegal.
Padahal, idealnya kuretase harus dilakukan dengan prosedur tertentu yang diketahui ahlinya. Maka, hanya seorang dokter kandungan yang boleh melakukan kuretase karena mereka sudah dibekali pemahaman anatomi reproduksi wanita dan ketrampilan penggunaan alat-alat obstetri.
Sebelum kuretase dilakukan, beberapa prosedur perlu dilakukan untuk memastikan kondisi pasien layak untuk dikuretase. Bila sudah dipastikan kondisi pasien secara umum dan jenis gangguan yang ada dalam organ reproduksinya, pasien akan diberitahukan jadwal tindakan kuretase. Sehingga ia juga bisa mempersiapkan diri secara psikologis untuk menjalaninya.
Tak perlu khawatir atau ngeri membayangkan dengan tindakan kuret yang akan dilakukan. Kuret dapat dilakukan dengan pemberian obat bius umum yang bersifat ringan. Kuretase yang dilakukan tanpa stretoskopi pun tak dilakukan secara asal. Tetapi sudah diatur, sehingga sendok kuret akan diputar hingga 360 derajat di dalam rahim dengan hati-hati.
Pengerukan ini dilakukan tak sampai ke lapisan dasar endometrium atau hingga membuat lapisan basal terangkat, karena hal ini dapat menyebabkan rahim mudah mengalami perlengketan dan menyebabkan sulitnya terjadi kehamilan. Setelah kuret selesai dilakukan, pasien bisa langsung pulang setelah masa pemulihan dari bius, sekitar 2 jam.
Pasca Kuretase
Setelah menjalani kuret, biasanya memang akan timbul ketidaknyamanan dan rasa nyeri. Biasanya rasa nyeri ini umumnya akan dilalui dalam 1 hari. Menurut Muharam, hal ini memang wajar dirasakan. Mengingat pada proses kuretase dilakukan pengerukan jaringan sehingga dapat menimbulkan luka di jaringan dalam tubuh.
Akan tetapi, tetap diperlukan kewaspadaan adanya efek samping dari tindakan kuretase. Biasanya pasien yang selesai dikuret juga diberikan obat-obatan untuk menghindari infeksi, seperti obat antibiotik. Jika dilalui dengan benar, dalam 1 hari sudah tidak dirasakan keluhan lagi.
Namun, bila lewat 1 hari masih ada keluhan, seperti sakit perut yang tak spesifik disertai perdarahan per vaginam, maka pasien perlu kembali ke dokter kandungan untuk dilakukan observasi ulang. Bisa jadi keluhan itu disebabkan adanya myoma, endometriosis, atau kehamilan ektopik (di luar kandungan). Jika memang demikian, dokter akan berusaha menghentikan perdarahan dan melakukan pengobatan yang diperlukan.
Setelah melakukan kuretase, bagi pasangan yang ingin mengupayakan kehamilan bisa mencoba kembali mendapatkan keturunan setelah lewat 2-3 kali fase haid. Melewati fase haid ini ditujukan untuk menormalkan kembali dinding rahim yang menipis akibat kuretase. Sehingga, risiko terjadinya perlekatan plasenta pada dinding rahim saat melahirkan dapat diminimalisasi.
Indikasi Yang Perlu Kuretase
Kuretase bukan hanya dibutuhkan wanita yang baru saja mengalami keguguran, tetapi juga pada kondisi lainnya. Berikut beberapa kondisi yang membutuhkan tindakan kuret.
1. Keguguran tidak sempurna.
2. Perdarahan setelah lewat masa menopause.
3. Haid tidak teratur maupun terlalu panjang (bagi yang sudah menikah).
4. Sulit memiliki anak.
5. Plasenta melekat pada rahim.
6. Hamil anggur atau mola.
Persiapan Sebelum Kuretase
Kuretase tak bisa dilakukan dengan gegabah. Beberapa prosedur juga perlu dilakukan sebelum melakukannya, di antaranya:
1. USG (ultrasonografi)
2. Mengukur tensi dan Hb darah
3. Memeriksa sistim pernafasan
4. Mengatasi perdarahan
5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit
Sumber : nova online
Thursday, April 7, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment